Kabut lavender menyelimuti Wuzhen, kota air yang menyimpan seribu kenangan pahit. Di sana, aku, Lin Wei, melukis payung sutra. Setiap goresan kuas, setiap warna yang kutorehkan, terasa seperti echo dari kehidupan lampau.
Dulu, aku bernama Mei Lan, selir kesayangan Kaisar. Kecantikan dan keahlianku menari bagai bidadari membuatku disanjung, sekaligus dibenci. Yang paling menyakitkan, adalah pengkhianatan Li Jun, jenderal kepercayaannya, pria yang kucintai dengan segenap jiwa. Ia merebut tahta, membunuh Kaisar, dan menjebloskanku ke penjara bawah tanah.
"Langit tidak akan membiarkanmu lolos, Li Jun!" bisikku saat itu, sebelum maut menjemput.
Kini, aroma tinta dan sutra membangkitkan fragmen ingatan. Tatapan seorang pria asing terasa familier, menusuk hingga ke tulang sumsum. Pria itu, bernama Zhao Yi, seorang arsitek muda yang merancang jembatan di Wuzhen. Matanya dipenuhi kerinduan yang mendalam, seolah mencari sesuatu yang hilang. Ia selalu menatap langit, seolah berharap menemukan jawaban di antara awan.
"Kau… mencari siapa?" tanyaku suatu sore, saat kami duduk di tepi sungai.
"Seseorang yang kurindukan," jawabnya lirih, "Seseorang yang terasa begitu dekat, namun tak terjangkau."
Semakin lama mengenalnya, semakin jelas bayangan masa lalu berkelebat dalam benakku. Tatapannya yang penuh penyesalan, caranya menyentuhku dengan hati-hati, seolah takut melukai… semua itu adalah Li Jun. LI JUN yang kini terlahir kembali sebagai Zhao Yi.
Aku melihat kilatan penyesalan di matanya. Ia tak ingat siapa dirinya dulu, atau apa yang telah dilakukannya. Namun, jiwanya masih terbebani rasa bersalah. Ia mencari Mei Lan di langit, dalam kenangan yang belum ia pahami. Ia mencari di tempat yang salah.
Balas dendam? Mudah saja. Aku bisa membongkar masa lalunya, menghancurkan hidupnya. Tapi, melihatnya begitu tersiksa oleh kerinduan yang tak berbalas, hatiku justru tersentuh. Kebencianku memudar, digantikan oleh rasa kasihan.
Saat jembatan rancangannya selesai, Zhao Yi memintaku menjadi orang pertama yang menyeberanginya. Ia menatapku dengan tatapan memohon, seolah berharap aku bisa memaafkannya.
Aku menyeberangi jembatan itu, langkah demi langkah, meninggalkan Zhao Yi di belakang. Meninggalkan masa lalu. Meninggalkan penyesalan.
Sebelum pergi, aku berbalik, menatapnya sekali lagi.
"Aku memaafkanmu," ucapku pelan, lalu berbalik dan menghilang di antara kerumunan.
Dendamku terbalas. Bukan dengan kehancurannya, tapi dengan keputusanku untuk tidak lagi terikat padanya. Aku membebaskan diriku sendiri. Aku memilih takdirku sendiri.
Kini, aku akan membangun hidup baru, di tempat yang jauh, dengan nama yang baru. Tapi, aku tahu, di suatu tempat di kedalaman hatinya, Zhao Yi akan terus mencari Mei Lan, selamanya.
Dan suatu saat nanti, mungkin di kehidupan yang lain, kita akan bertemu lagi… tapi dengan peran yang berbeda.
You Might Also Like: Skincare Alami Untuk Kulit Sensitif