Kisah Populer: Ia Menyebut Namaku Saat Streaming Lagu Sedih



Hujan monoton menari di atap studio kecil itu, senada dengan lagu sendu yang mengalun dari streaming Li Wei. Jemarinya lincah memetik gitar, nadanya melukiskan kepedihan yang merajam hatinya. Di layar, komentar-komentar mengalir deras, membanjiri dengan simpati dan pujian. Namun, mata Li Wei terpaku pada satu nama: XIAO ZHEN.

Xiao Zhen, sahabatnya sejak kecil, saudara yang tak sedarah. Mereka tumbuh besar di gang-gang sempit Shanghai, berbagi mimpi tentang panggung dan cahaya. Mereka berjanji akan menaklukkan dunia musik bersama. Sekarang, Xiao Zhen adalah produser musik ternama, sementara Li Wei hanya seorang streamer dengan penggemar setia tapi terbatas.

"Lagu yang indah, Li Wei," komentar Xiao Zhen. "Seperti biasa, menyentuh inti hati."

Senyum Li Wei tipis, nyaris tak terlihat. "Terima kasih, Xiao Zhen. Senang kau mendengarkannya." Senang? Lebih tepatnya, aku muak melihatmu di sini, menyaksikan kehancuranku.

Dulu, mereka adalah duet yang tak terpisahkan. Li Wei menciptakan lagu, Xiao Zhen mengatur aransemennya. Suara mereka berpadu sempurna, menghasilkan harmoni yang memukau. Tapi kemudian, ada audisi, ada kesempatan emas, dan Xiao Zhen yang terpilih. Li Wei ditinggalkan, dibungkam oleh janji persahabatan yang terasa hambar sekarang.

Seiring waktu, kesuksesan Xiao Zhen melambung. Dia menjadi legenda, produser yang dicari semua penyanyi top. Sementara itu, Li Wei meredup, terhempas ke pinggiran industri musik, mencari nafkah dari streaming lagu-lagu melankolis.

Misteri mulai terkuak ketika Li Wei menerima paket anonim berisi rekaman suara. Dalam rekaman itu, terdengar suara Xiao Zhen, suaranya penuh ambisi dan…kebencian. "Dia terlalu berbakat," desis Xiao Zhen. "Aku harus menyingkirkannya. Aku harus memastikan dia tidak pernah melampauiku."

Pengkhianatan. Kata itu bergaung di benak Li Wei. Semua keraguan, semua perasaan tidak adil, kini mendapatkan konfirmasi mengerikan. Xiao Zhen, saudara seperjuangannya, orang yang paling dipercayainya, telah menusuknya dari belakang.

Malam berikutnya, Li Wei memainkan lagu terakhirnya. Lagu itu bukan tentang cinta atau kesedihan. Lagu itu tentang kemarahan, tentang pembalasan. Setiap nada, setiap lirik, dipenuhi dengan amarah yang membara.

Di tengah lagu, dia berhenti bermain. Matanya menatap lurus ke kamera, seolah melihat langsung ke jiwa Xiao Zhen. "Xiao Zhen," bisiknya. "Kau tahu, bukan? Kau tahu apa yang kau lakukan."

Komentar Xiao Zhen muncul di layar, panik. "Li Wei, apa maksudmu? Ini tidak lucu."

Li Wei tertawa, tawa dingin yang membuat bulu kuduk merinding. "Lucu? Kau pikir ini lucu? Selama bertahun-tahun, aku bertanya-tanya apa yang salah denganku. Kenapa aku tidak cukup baik. Sekarang aku tahu. Kau yang melakukannya. Kau menghancurkan mimpiku, Xiao Zhen. Kau mencuri masa depanku."

Dia mengambil jeda, menghirup napas dalam-dalam. "Tapi jangan khawatir, sahabatku. Aku akan membalas dendam. Aku akan memastikan dunia tahu siapa kau sebenarnya."

Di layar, komentar Xiao Zhen menjadi semakin histeris. Ancaman hukum meluncur deras. Tapi Li Wei tidak peduli. Dia telah mencapai titik di mana tidak ada lagi yang bisa diambil darinya.

Dia melanjutkan lagunya, suaranya penuh tekad. Di akhir lagu, dia memetik senar gitar dengan keras, menciptakan bunyi yang menusuk telinga. Lalu, dia meraih botol berisi cairan bening dan meneguknya.

Xiao Zhen berteriak di kolom komentar. Penggemar Li Wei tercengang, menyaksikan tragedi itu terbentang di depan mata mereka.

Li Wei tersenyum, senyum pahit yang menyakitkan. Dia menatap kamera untuk terakhir kalinya.

"Rahasia terbesarmu, Xiao Zhen…aku sudah mengungkapkannya pada dunia."

You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Halal Dan Aman

Post a Comment

Previous Post Next Post