Janji yang Dikhianati di Balai Kekaisaran
Malam itu, salju turun tanpa ampun, menutupi Balai Kekaisaran dengan lapisan putih yang dingin. Di tengah keheningan yang mencekam, darah menodai kesucian salju, merahnya menyala seperti bara api yang membara di tengah kegelapan. Di dalam balai, dupa mengepulkan asap pahit, bercampur dengan aroma air mata yang membasahi pipi permaisuri, Linhua.
Linhua, dengan gaun phoenix merahnya yang kini ternoda, menatap Kaisar Xuan, suaminya, musuhnya, dengan sorot mata yang menyimpan lautan amarah dan kepedihan. Wajahnya, yang dulu dipenuhi senyum, kini hanya memancarkan kekecewaan yang tak terhingga.
"Xuan... Bagaimana bisa?" bisiknya, suaranya bergetar seperti dedaunan kering di musim gugur.
Xuan, berdiri tegak di atas takhta naga emasnya, menatapnya dengan tatapan dingin yang belum pernah dilihat Linhua sebelumnya. Topeng kekejaman telah menggantikan senyum hangat yang dulu membuatnya jatuh cinta.
"Cinta adalah kelemahan, Linhua. Dan aku tidak bisa membiarkan kelemahan menguasai seorang kaisar," jawabnya, suaranya sedingin es.
Malam ini, semua rahasia terungkap. Janji di bawah pohon persik yang mekar, sumpah setia di hadapan dewa langit dan bumi, semuanya hanyalah kepalsuan. Terungkaplah bahwa Xuan telah merencanakan segalanya sejak awal. Pernikahan mereka, persahabatan Linhua dengan para selir, bahkan kematian tragis keluarganya, semua adalah bagian dari rencana keji untuk menguasai kekuasaan.
Linhua mengingat kembali janji yang pernah diucapkan Xuan di bawah rembulan purnama, "Aku berjanji, Linhua, cintaku padamu abadi, melebihi bintang-bintang di langit." Sekarang, kata-kata itu hanya terasa seperti abu yang beterbangan di angin malam.
Selama bertahun-tahun, Linhua telah mencintai Xuan dengan sepenuh hati, tanpa curiga sedikit pun. Dia telah memberikan segalanya untuknya: kesetiaannya, kepercayaannya, dan bahkan nyawanya. Tapi, semua itu dibalas dengan pengkhianatan yang menusuk jantung.
Namun, Linhua bukan lagi wanita lemah yang dulu. Selama bertahun-tahun, dia belajar bersembunyi di balik senyuman, merencanakan dengan sabar, dan menajamkan pedang balas dendamnya.
Dengan gerakan anggun, Linhua mengeluarkan jepit rambut dari sanggulnya, bukan jepit rambut biasa, melainkan senjata mematikan yang telah diasahnya bertahun-tahun. Matanya bertemu dengan mata Xuan, dan untuk sesaat, Linhua melihat sedikit keraguan di sana. Mungkin, bahkan seorang Kaisar pun memiliki hati nurani.
"Kau telah mengambil segalanya dariku, Xuan. Keluargaku, kepercayaanku, dan cintaku. Tapi, kau tidak akan mengambil kehormatanku," ucap Linhua, suaranya tenang namun mematikan.
Tanpa ragu, dia menusukkan jepit rambut itu ke jantungnya sendiri. Xuan tersentak kaget. Darah menyembur, menodai gaun phoenix merahnya semakin parah. Linhua tersenyum getir, lalu jatuh ke lantai bersalju.
"Ini... balas dendam... dari... hati yang terlalu lama menunggu..." bisiknya, napasnya tersengal.
Xuan berlutut di sampingnya, mencoba menahan darah yang terus mengalir. Tapi, terlambat. Linhua sudah pergi, meninggalkan Xuan dengan penyesalan yang tak terhingga.
Di saat yang sama, di seluruh penjuru Balai Kekaisaran, para pendukung Linhua, yang selama bertahun-tahun menyamar sebagai pelayan dan prajurit, mulai bergerak. Balas dendam telah dimulai. Malam itu, Balai Kekaisaran menjadi saksi bisu pertumpahan darah dan kejatuhan sebuah dinasti.
Udara dipenuhi jeritan dan denting pedang. Balas dendam Linhua bukan hanya kematiannya sendiri, tapi juga kehancuran kekaisaran Xuan.
Di tengah kekacauan, Xuan terduduk lemas, memeluk tubuh Linhua yang dingin. Dia akhirnya menyadari, bahwa cinta Linhua adalah kekuatan terbesarnya, dan dia telah menyia-nyiakannya.
Angin malam berhembus kencang, membawa abu dan darah. Di tengah keheningan yang akhirnya menyelimuti Balai Kekaisaran, terdengar bisikan samar yang seolah berasal dari balik kematian, "Hutang darah akan dibayar dengan darah, selalu..."
Dan di kegelapan, sesosok bayangan mulai bangkit, matanya berkilat dengan tekad baru, menunggu hari kebangkitan...
You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Pencerah Wajah