Takdir yang Memainkan Ulang Cerita Lama
Di dunia yang retak bagai keramik tua, di mana sinyal hilang lebih sering daripada janji, Li Wei mengusap layar ponselnya. Pesan terakhirnya untuk Mei Lan masih menggantung angkuh di status "sedang mengetik…", seolah mengejeknya dari dimensi lain. Langit menolak pagi, terselimuti kabut asap digital yang menyesakkan. Ia, Li Wei, hidup di masa depan, masa depan yang tampak seperti ramalan buruk yang menjadi kenyataan.
Sementara itu, di belantara kenangan yang ia sebut rumah, Mei Lan duduk di bawah pohon sakura yang sekarat. Angin berbisik nama Li Wei, nama yang ia temukan terukir di sehelai kertas usang, terselip di antara halaman buku puisi Dinasti Tang. Ia, Mei Lan, terperangkap di masa lalu, masa lalu yang beraroma tinta dan harapan yang belum sepenuhnya layu.
Mereka mencari. Li Wei mencari Mei Lan di antara glitch realitas virtual, menguraikan kode-kode tersembunyi dalam algoritma cinta. Mei Lan mencari Li Wei di antara reruntuhan waktu, membaca mantra-mantra kuno di bawah rembulan pucat yang enggan bersinar. Setiap malam, mereka mengirimkan pesan, bukan melalui gelombang radio, melainkan melalui denyut jantung yang beresonansi dengan frekuensi asing.
"Apa kau merasakannya, Mei Lan? Getaran ini… INI PASTI KITA!" bisik Li Wei ke dalam mikrofon usangnya, berharap suaranya menembus dinding ruang dan waktu.
"Li Wei… AKU MENDENGARMU! Tapi suaramu… beriak seperti air yang jatuh ke dalam sumur yang sangat dalam," balas Mei Lan, meremas kertas usang di tangannya.
Suatu malam, di tengah badai digital yang melumpuhkan seluruh kota, Li Wei menemukan sebuah artifact. Sebuah medali perunggu, dengan ukiran bunga sakura yang persis sama dengan yang ada di buku puisi Mei Lan. Ketika ia menyentuh medali itu, sebuah visi melintas di benaknya. Ia melihat Mei Lan, duduk di bawah pohon sakura, MENUNGGU.
Di saat yang sama, Mei Lan menemukan sebuah perangkat aneh terkubur di bawah akar pohon sakura. Sebuah gadget yang berkedip-kedip dengan cahaya biru pucat, memancarkan aroma logam dan nostalgia. Ketika ia menyentuh perangkat itu, ia mendengar suara Li Wei, terdengar begitu dekat, namun begitu jauh.
Saat mereka akhirnya bertemu, bukan secara fisik, melainkan melalui interferensi halus yang mengoyak realitas, mereka menyadari sebuah kebenaran yang MENGERIKAN. Cinta mereka bukanlah baru. Ia bukanlah takdir yang ditulis oleh para dewa. Ia hanyalah GEMA dari kehidupan yang tak pernah selesai, siklus abadi yang dimainkan berulang-ulang, dengan akhir yang selalu sama: KEHILANGAN.
Ternyata, Li Wei dan Mei Lan adalah reinkarnasi dari dua jiwa yang telah lama berseteru, terikat oleh sumpah cinta dan sumpah balas dendam yang tak terputus. Setiap kali mereka bertemu, setiap kali mereka jatuh cinta, alam semesta akan runtuh sedikit demi sedikit, menciptakan garis waktu baru yang lebih kacau dari sebelumnya.
Apakah ini… akhirnya?
You Might Also Like: 130 Manfaat Sunscreen Mineral Lokal