Cinta yang Tertulis di Udara
Kabut tipis menyelimuti puncak Gunung Song, menyembunyikan rahasia kelam yang telah lama terkubur. Sepuluh tahun lalu, Lin Wei, sang putri mahkota yang dicintai, jatuh dari tebing curam. Semua orang meratapi kepergiannya, menganggapnya mati. Tapi, seperti debu yang beterbangan ditiup angin, desas-desus mulai beredar. Lin Wei kembali.
Di lorong istana yang sunyi, hanya gemerisik sutra jubahnya yang terdengar. Langkahnya ringan, namun setiap hembusan napasnya membawa aura misteri. Ia berdiri di depan lukisan dirinya, lukisan yang dulu tergantung megah di aula utama, kini tersembunyi di balik tirai beludru.
"Kau akhirnya kembali, Wei'er," suara berat menyapa dari balik bayangan. Kaisar, ayahandanya, berdiri di sana, sorot matanya menyimpan campuran antara kerinduan dan kecurigaan.
"Ayahanda," Lin Wei menjawab, suaranya lembut, namun sedingin embun pagi. "Apakah Ayahanda masih meragukan identitasku?"
"Identitasmu tidak kuragukan, Wei'er. Tapi, apa yang sebenarnya kau inginkan?" Kaisar mendekat, menatap putrinya dengan intens.
Lin Wei tersenyum tipis. "Keadilan, Ayahanda. Keadilan untuk kematianku."
"Kematianmu adalah kecelakaan, Wei'er. Semua orang tahu itu."
"Benarkah? Atau mungkin, Ayahanda lupa siapa yang mendorongku dari tebing itu?"
Kaisar terdiam. Di matanya, Lin Wei melihat kilatan ketakutan. Ia tahu, ia sudah menggali terlalu dalam.
"Itu… itu adalah pengkhianat! Ia telah dihukum mati!"
"Pengkhianat? Atau hanya kambing hitam? Ayahanda, tahukah Ayahanda, udara di puncak gunung sangat segar. Cukup segar untuk mendengar bisikan dari orang yang Ayahanda kira telah mati." Lin Wei mendekat, suaranya nyaris berbisik. "Aku mendengar semuanya, Ayahanda. Aku mendengar perjanjian rahasia Ayahanda dengan para menteri. Aku mendengar rencana Ayahanda untuk menyingkirkanku, karena aku terlalu kuat, terlalu berpengaruh."
Kaisar mundur selangkah. "Itu… itu bohong!"
Lin Wei tertawa pelan. "Kebohongan? Atau kebenaran yang Ayahanda takutkan? Ayahanda mengira aku korban. Padahal, sejak awal, aku yang MEMEGANG KENDALI."
Ia mengeluarkan selembar kertas dari balik lengan bajunya. Sebuah dekrit kekaisaran, dengan stempel kaisar yang dipalsukan dengan sempurna.
"Mulai saat ini, aku, Lin Wei, putri mahkota yang seharusnya, mengambil alih takhta dan memerintah kekaisaran."
Kaisar terhuyung mundur, wajahnya pucat pasi. Ia tahu, ia telah kalah.
Lin Wei menatap ayahnya dengan tatapan dingin. "Kematianmu… akan jauh lebih menyakitkan daripada kematianku."
Udara di lorong itu terasa membeku. Lin Wei berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Kaisar terengah-engah, dikelilingi kabut penyesalan. Di punggung Lin Wei, tertulis bahwa ia akan menjadi kaisar, dan tidak ada seorang pun yang akan menghentikannya.
Dan kemudian, dengan langkah mantap ia meninggalkan semua itu; semua rencananya telah berjalan sesuai kehendaknya.
Siapa bilang hantu tidak bisa menulis dekrit?
You Might Also Like: Jualan Skincare Reseller Dropship Di